TOKOH NASIONAL/DAERAH YANG BERJUANG MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN BANGSA (BIOGRAFI PIERRE ANDRIES TENDEAN)

TOKOH NASIONAL/DAERAH YANG BERJUANG MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN BANGSA
“Tugas Mandiri Tidak Terstruktur”
Guru Pembimbing : Dra. Siti Sundari Resmiati, M. Pd



Image result for sma negeri 7 purworejo



Disusun oleh:
Zulfa Farida
30
Kelas XII IPS 3

SMA NEGERI 7 PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Kata Pengantar


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang ”Tokoh daerah/nasional yang berjuang mempertahankan keutuhan bangsa”.
            Kami mengucapkan terimakasih karena dalam penyusunan makalah ini saya tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari para guru, khususnya guru Sejarah dan teman-teman.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan pedoman khususnya bagi penyusunnya dan umumnya bagi para pembacanya.





Purworejo, Juli 2016




Penyusun







ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
D.    Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN















iii



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebelum menjadi negara yang merdeka seperti sekarang ini, Indonesia telah berjuang untuk menegakkan keamanan, perdamaian dan menjaga keutuhan wilayah bangsa Indonesia. Banyak orang yang gugur untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ternyata perjuangan mereka tidak sampai disitu saja karena setelah Indonesia merdeka, mereka masih harus berjuang mengatasi ancaman dari luar dan melawan ancaman dari dalam.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana biografi dari tokoh tersebut?
2.      Bagaimana peran tokoh tersebut dalam berjuang mempertahankan keutuhan bangsa?
3.      Apa sajakah nilai-nilai yang dapat diambil dari perjuangan tokoh tersebut?

Tujuan
1.      Untuk mengetahui biografi tokoh yang telah berjuang untuk mempertahankan keutuhan bangsa.
2.      Untuk mengetahui peran tokoh tersebut dalam berjuang untuk mempertahankan keutuhan bangsa.
3.      Untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari perjuangan tokoh tersebut.

Manfaat
1.      Untuk menambah wawasan yang terkait dengan tokoh yang berjuang dalam mempertahankan keutuhan bangsa.
2.      Untuk memberikan referensi kepada pada pembaca tentang tokoh yang saya ambil dalam mempertahankan keutuhan bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Biografi Pierre Andries Tendean

Nama                       : Pierre Andries Tendean

TTL                          : Jakarta, 21 Februari 1939

Agama                      : Kristen Protestan

Kebangsaan              : Indonesia

Tinggi/ berat            : 176 cm/ 65 kg

Keluarga                   :dr. Aurelius Lammert Tendean (asal suku Minahasa, Sulawesi Utara)

Marie Elizabeth Cornell (wanita keturunan Perancis-Belanda)

                                    Mitzi Ernesto Farre (kakak perempuan)

                                    Rooswidiati Tendean (adik perempuan)

Riwayat pendidikan   : SR Kintelan

                                    SMPN 1 Semarang

                                    SMAN Bagian B Semarang

Akademi Militer Jurusan Teknik (Atekad) angkatan VI, Bandung (1958-1961)

                                    Sekolah Tinggi Intelijen Negara/ STIN, Bogor (1963)

Karir militer            : Tendean menerima pengalaman medan sementara di akademi ketika ia dikirim ke Barat Sumatera dengan sesama taruna untuk berpartisipasi dalam operasi militer bernama "Sapta Marga". Pada saat itu adalah Kopral Tendean dan ditugaskan Angkatan Darat Corps of Engineers ( Indonesia : Zeni Tempur). Pada tahun 1962, Tendean lulus dari ATEKAD dan diberi Letnan Dua ( Indonesia : Letnan Dua (Letda) Czi). Tugas pertamanya adalah sebagai Komandan Peleton di Batalyon ke-2 dari Corps of Engineers di Komando Militer Daerah  2 ( Indonesian : Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur Komando Daerah Militer 2 II (Danton Yon Zipur 2 / Dam II)). di Medan.

Tahun berikutnya, Tendean menerima pelatihan intelijen di Bogor dan kemudian ditugaskan ke Layanan Pusat Intelijen Angkatan Darat ( Indonesia : Dinas Intelijen Pusat Angkatan Darat (DIPIAD)). Ia dikirim ke garis depan selama konfrontasi dengan Malaysia yang dikenal sebagai "Dwikora", di mana dia memimpin sekelompok relawan di beberapa infiltrasi ke Malaysia dalam misi intelijen . Wajah indo-nya membuat Pierre dengan mudah bolak balik Indonesia - Singapura sebagai intelijen untuk mengumpulkan data. Kurang lebih Pierre berhasil melakukan infiltrasi sebanyak 6 kali, yang terakhir nyaris membuatnya terbunuh.

Pada tanggal 15 April 1965, Tendean dipromosikan menjadi Letnan Satu ( Indonesia : Letnan Satu (Lettu)) dan ditugaskan sebagai asisten pribadi kepada Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution (Menko Hankam/Kepala Staf ABRI) pada era Soekarno. Pierre merupakan Ajudan Jendral A.H Nasution yang termuda, baik usia maupun dinasnya sebagai seorang militer.
Penghargaan               : Tendean bersama keenam perwira lainnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Untuk menghargai jasa-jasanya, Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1965 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/KOTI/Tahun 1965. Pasca kematiannya, ia secara anumerta dipromosikan menjadi kapten. Sejumlah jalan juga dinamai sesuai namanya, termasuk di Manado, Balikpapan, dan di Jakarta.


Fakta menarik mengenai Pierre Andries Tendean :

·         Meskipun lahir sebagai anak keturunan Minahasa – Perancis – Belanda, tapi Pierre fasih berbahasa Jawa
·         Nama ‘Pierre’ diambil dari nama kakeknya, Pierre Albert, yaitu ayah dari ibunya. Sedangkan nama ‘Andries’ diambil dari nama kakeknya yang berasal dari pihak ayahnya.
·         Beliau memiliki warna rambut cokelat (menurut hasil visum dokter)
·         Meskipun dari keluarga mampu, tapi Pierre kecil tidak pernah mau memakai sepatu saat bersekolah. Ia melakukannya karena ingin merasa senasib dengan teman-teman sekolahnya yang juga tidak memakai sepatu karena mereka berasal dari keluarga tidak mampu (berdasarkan kesaksian seorang tokoh perjuangan, Bpk. Hartadi).
·         Pierre berasal dari keluarga berada. Ayah Pierre adalah dokter yang bertugas di beberapa rumah sakit di daerah Jakarta, Tasikmalaya, Bandung dan Semarang. Salah satunya adalah menjadi Kepala Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang (Tawang) dari tahun 1950-1970.
·         Karakter Pierre yang rela berkorban sepertinya sudah tampak sejak kecil. Saat SMA pun, ia tetap menunjukkan perilaku yang sama tatkala tanpa sengaja terlibat perkelahian antar pemain di klub volley yang diikutinya. Perkelahian yang mengundang kedatangan polisi itu membuat Pierre ikut digiring ke kantor polisi (padahal saat polisi datang banyak teman-temannya yang melarikan diri, tapi beliau tidak melakukannya karena merasa ikut bertanggungjawab atas perkelahian yang terjadi). Setelah di kantor polisi pun Pierre bersikeras tidak ingin ayahnya yang merupakan dokter terpandang itu ikut campur untuk membebaskannya. Meskipun saat itu ayahnya sudah tiba di kantor polisi tapi ia tidak mau polisi mengetahui bahwa ia adalah anak dari dr.Tendean, karena bila mereka mengetahuinya maka ia pasti akan segera dibebaskan, sementara tidak dengan teman-temannya saat itu. Maka pulanglah sang ayah kembali ke rumah, dan Pierre bersama teman-temannya harus menerima pendisiplinan berupa nasihat dan ceramah dari pihak kepolisian sebelum akhirnya diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing.
·         dr. Tendean sebenarnya ingin anak laki-laki satu-satunya itu mengikuti jejaknya sebagai dokter, namun nyatanya Pierre justru mendaftar dan diterima sebagai taruna Akademi Militer Jurusan Teknik (Akmil Jurtek) di Bandung pada bulan November 1958.
·         Pierre tergabung dalam corps Zeni yang memiliki 9 tugas pokok yaitu: konstruksi, destruksi, rintangan, samaran, penyeberangan, penyelidikan, perkubuan, penjinakan bahan peledak dan nuklir biologi kimia pasif. Dalam karirnya di kemudian hari, beliau termasuk dalam zeni tempur yang maju di garis depan pertempuran.
·         Ketika masih menjalani pendidikan, yakni pada waktu masih menjadi Kopral Taruna, Pierre telah diikutkan dalam operasi militer untuk menumpas pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI Permesta) di Sumatra. Sebagai taruna Atekad, ia ditempatkan dalam kesatuan Zeni Tempur Operasi Saptamarga.
·         Saat menjadi taruna, Pierre tergabung dalam first team basket dan tenis taruna akademi yang selalu mengikuti Pekan Olah Raga Antar Akademi setiap tahunnya. Nampak bahwa prestasi olahraga Taruna Akmil Jurtek (Atekad) menonjol, khususnya tim basketnya, para pemain tenisnya dan pemain anggarnya.
·         Keaktifannya dalam tim olahraga inilah yang membuatnya populer di kalangan wanita, selain karena wajahnya yang memang tampan khas pria blasteran. Maka muncullah sebutan untuknya: ‘Robert Wagner dari Bumi Panorama’, mengacu pada aktor tampan yang populer di era 50-an.
·         Setelah lulus, Pierre diangkat menjadi Komandan Peleton pada Batalyon Zeni Tempur 2/Daerah militer (Dam) II Bukit Barisan yang berkedudukan di Medan. Di tempat inilah Pierre mengenal Rukmini Chaimin, yang kemudian menjadi kekasihnya hingga maut menjemput.
·         Pada 1963 Pierre mengikuti pendidikan intelijen karena akan ditugaskan untuk melakukan penyusupan ke daerah konflik, saat Indonesia mengadakan politik konfrontasi dengan Malaysia (masa Dwikora). Dalam melaksanakan tugas ini ia diperbantukan pada Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat yang bertugas di garis depan.
·         Dua tahun lamanya Pierre ditempatkan di garis depan dan selama masa itu 3 kali ia melakukan penyusupan ke daerah Malaysia. Pertama kali ia memasuki daerah Malaysia dengan menyamar sebagai wisatawan. Dalam penyusupan ketiga, di tengah laut ia dikejar oleh kapal destroyer Inggris. Dengan cepat ia membelokkan speedboat-nya dan secara diam-diam ia menyelam ke dalam laut. Sesudah itu ia berenang menuju sebuah perahu nelayan. Agar tidak diketahui oleh pengemudi perahu, dengan sangat hati-hati ia bergantung di bagian belakang perahu sementara seluruh badannya dibenamkan ke air. Speeadboat-nya kemudian diperiksa oleh pasukan patroli Inggris. Mereka hanya menemukan seorang pengemudi yang tidak menimbulkan kecurigaan apa-apa sehingga akhirnya speadboat itu dibiarkan berlayar kembali. Dengan cara demikian Pierre terhindar dari penangkapan.
·         Melihat tugas putranya yang sangat membahayakan keselamatan jiwa, sang ibu merasa keberatan jika Pierre tetap berada di garis depan pertempuran. Maka dimintanya Pierre untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan merekomendasikannya kepada petinggi TNI-AD sebagai staf.
·         Keputusan itu mengundang minat 3 orang perwira tinggi TNI yaitu Jenderal Abdul Harris Nasution, Jenderal Hartawan dan Jenderal Dandi Kadarsan untuk menjadikannya ajudan.
·         Selain tugas pokoknya sebagai petinggi TNI, Pak Nasution kerap pergi ke kampus-kampus untuk memberikan ceramah umum di hadapan para mahasiswa/i. Pierre pun ikut mendampingi Pak Nasution. Karena penampilan fisiknya yang menarik, maka para mahasiswi yang mengikuti kuliah akbar Pak Nasution menjadi tidak fokus pada ceramah yang disampaikan Pak Jenderal. Alih-alih memperhatikan si penceramah, para mahasiswi ini justru lebih memperhatikan sosok yang mendampingi Pak Nasution. Mereka sampai mengeluarkan pernyataan “Telinga kami untuk Pak Nas, tapi mata kami untuk ajudannya”.








2.      Peran Pierre Andries Tendean berjuang dalam mempertahankan keutuhan bangsa

Dalam buku Ajisaka, Arya. 2004. Mengenal Pahlawan Indonesia. Kawan Pustaka: Jakarta. (Koleksi Perpustakaan Kemdikbud), tertulis bahwa Pierre Andries Tendean selama menempuh pendidikan di Akademi Militer, Pierre tergolong taruna yang cakapdan berprestasi. Tak heran, jika akhirnya ia diangkat menjadi Komandan Batalyon Taruna dan Ketua Senat Korps Taruna. Ketika menjadi Kopral Taruna, Pierre  mendapat tugas praktik lapangan untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera Utara.
Operasi militer bernama Operasi Sapta Marga ini berada dibawah Komando Brigjen Jatikusumo dalam kesatuan zeni tempur. Tahun 1962, Pierre Tendean lulus dari Akademi Militer dan bertugas sebagai Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan, Medan yang memiliki 9 tugas pokok yaitu: konstruksi, destruksi, rintangan, samaran, penyeberangan, penyelidikan, perkubuan, penjinakan bahan peledak dan nuklir biologi kimia pasif. Dalam karirnya di kemudian hari, beliau termasuk dalam zeni tempur yang maju di garis depan pertempuran.
Pada 1963 Pierre mengikuti pendidikan intelijen karena akan ditugaskan untuk melakukan penyusupan ke daerah konflik, saat Indonesia mengadakan politik konfrontasi dengan Malaysia (masa Dwikora). Dalam melaksanakan tugas ini ia diperbantukan pada Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat yang bertugas di garis depan.  Kala itu, konfrontasi Indonesia dengan Malaysia sedang memanas. Dimana dia memimpin sekelompok relawan di beberapa infiltrasi ke Malaysia dalam misi intelijen . Wajah indo-nya membuat Pierre dengan mudah bolak balik Indonesia - Singapura sebagai intelijen untuk mengumpulkan data. Kurang lebih Pierre berhasil melakukan infiltrasi sebanyak 6 kali, yang terakhir nyaris membuatnya terbunuh. Pada saat beliau menjadi agen intelijen ini, dua tahun lamanya Pierre ditempatkan di garis depan dan selama masa itu 3 kali ia melakukan penyusupan ke daerah Malaysia. Pertama kali ia memasuki daerah Malaysia dengan menyamar sebagai wisatawan. Dalam penyusupan ketiga, di tengah laut ia dikejar oleh kapal destroyer Inggris. Dengan cepat ia membelokkan speedboat-nya dan secara diam-diam ia menyelam ke dalam laut. Sesudah itu ia berenang menuju sebuah perahu nelayan. Agar tidak diketahui oleh pengemudi perahu, dengan sangat hati-hati ia bergantung di bagian belakang perahu sementara seluruh badannya dibenamkan ke air. Speeadboat-nya kemudian diperiksa oleh pasukan patroli Inggris. Mereka hanya menemukan seorang pengemudi yang tidak menimbulkan kecurigaan apa-apa sehingga akhirnya speadboat itu dibiarkan berlayar kembali. Dengan cara demikian Pierre terhindar dari penangkapan.

Dalam hal ini, Tendean berperan sebagai pahlawan muda yang memiliki semangat berjuang dan rela berkorban. Hal ini dibuktikannya dengan Tendean menerima pengalaman medan sementara di akademi ketika ia dikirim ke Barat Sumatera dengan sesama taruna untuk berpartisipasi dalam operasi militer bernama "Sapta Marga". Pada saat itu adalah Kopral Tendean dan ditugaskan Angkatan Darat Corps of Engineers ( Indonesia : Zeni Tempur). Pada tahun 1962, Tendean lulus dari ATEKAD dan diberi Letnan Dua ( Indonesia : Letnan Dua (Letda) Czi). Tugas pertamanya adalah sebagai Komandan Peleton di Batalyon ke-2 dari Corps of Engineers di Komando Militer Daerah  2 ( Indonesian : Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur Komando Daerah Militer 2 II (Danton Yon Zipur 2 / Dam II)). di Medan.
      Tahun berikutnya, Tendean menerima pelatihan intelijen di Bogor dan kemudian ditugaskan ke Layanan Pusat Intelijen Angkatan Darat ( Indonesia : Dinas Intelijen Pusat Angkatan Darat (DIPIAD)). Ia dikirim ke garis depan selama konfrontasi dengan Malaysia yang dikenal sebagai "Dwikora", di mana dia memimpin sekelompok relawan di beberapa infiltrasi ke Malaysia dalam misi intelijen . Wajah indo-nya membuat Pierre dengan mudah bolak balik Indonesia - Singapura sebagai intelijen untuk mengumpulkan data. Kurang lebih Pierre berhasil melakukan infiltrasi sebanyak 6 kali, yang terakhir nyaris membuatnya terbunuh.

Pada tanggal 15 April 1965, Tendean dipromosikan menjadi Letnan Satu ( Indonesia : Letnan Satu (Lettu)) dan ditugaskan sebagai asisten pribadi kepada Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution (Menko Hankam/Kepala Staf ABRI) pada era Soekarno. Pierre merupakan Ajudan Jendral A.H Nasution yang termuda, baik usia maupun dinasnya sebagai seorang militer.

3.               Nilai-nilai yang dapat diambil dari perjuangan Pierre Andries Tendean

·         Rasa persatuan dan kesatuan
·         Rela berkorban dan tanpa pamrih
·         Cinta pada tanah air
·         Pengabdian
·         Tidak pantang menyerah
·         Hedoisme
·         Patriotism
·         Pantang mundur
·         Setia kawan
·         Nasionalisme
·         Percaya diri









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Sejak kecil Pierre memiliki sifat-sifat yang menyenangkan, yakni rendah hati, suka bergaul dan suka menolong. Karena itu ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun ketika menjadi Taruna Akademi Tehnik Angkatan Darat (ATEKAD) Bandung, ia selalu mempunyai banyak teman dan disayangi oleh guru, pimpinan sekolah dan instrukturnya. Lebih-lebih sejak di Sekolah Menengah di samping selalu mendapat nilai raport yang baik. Ia juga membawa nama baik sekolah atau Korpnya dalam bidang olah raga, terutama dalam permainan basket dan bola volly. Namanya sangat populer di kalangan teman-temannya dan masyarakat di kota tempat ia menempuh pendidikan.
            Tak lama setelah Pierre Tendean menamatkan pendidikan di ATEKAD (1962), sebagai Perwira Pertama ia pernah melaksanakan tugas negara yang berat, 3X memimpin gerilyawan menyusup ke daerah musuh dalam rangka konfrontasi dengan malaysia. Dalam melaksanakan tugas tersebut Letda Pierre Tendean banyak memperoleh informasi tentang keadaan musuh dan bahkan sempat berhasil merampas teropong jauh dari tentara Inggris.
            Tugas intelijen yang sangat berbahaya itu dilaksanakannya berdasarkan Surat Perintah Direktur Zeni TNI-AD yang memperbantukan dirinya kepada Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat, sedangkan jabatan tetapnya adalah Komandan Peleton / DanTon Zipur 2 Kodam II,Bukit Barisan di Medan.
            Karena prestasinya yang baik, tidak lama sesudah melaksanakan tugas intelijen itu, pada tanggal 15 April 1965, Letda Pierre Tendean diangkat menjadi Ajudan Menko Hankam KASAB Jenderal A.H. Nasution dengan pangkat Letnan Satu. Dalam tugasnya sebagai Ajudan Jenderal A.H. Nasution inilah, ia gugur sebagai korban keganasan Gerakan 30 September/PKI pada tanggal 1 Oktober 1965, bersama-sama dengan enam Perwira Tinggi Angkatan Darat.
            Pierre Andries Tendean merupakan tokoh luar biasa  yang berjuang dan rela berkorban untuk mempertahankan keutuhan bangsa. Beliau pantas dijadikan teladan bagi generasi muda pada saat ini.



B.     Saran
Sudah sepantasnya kita sebagai generasi muda untuk menghormati dan menghargai jasa-jasa para pahlawan serta meneruskan perjuangan mereka demi Negara tercinta kita Indonesia Raya.



















DAFTAR PUSTAKA

Virganita, Jenny. 2014. PIERRE TENDEAN: "He was only 26 and will always be".  Di akses dari halaman http://l1n92.blogspot.com/2014/08/pierre-tendean-he-was-only-26-and-will.html pada Minggu, 21 Agustus 2016.

Gitoyo, Yohanes. 2013. Kapten Czi (Anm.) Pierre Andreas Tendean, Hidup Untuk Indonesia, Mati (Juga ) Untuk Indonesia. Di akses dari halaman http://pustakadigitalindonesia.blogspot.com/2013/03/kapten-czi-anm-pierre-andreas-tendean.html pada Jumat, 22 Juli 2016.

Damayanti, Rizka. 2015. Biografi Pierre Tendean Sang Pahlawan Revolusi Indonesia. Di akses dari halaman http://www.biografipahlawan.com/2015/01/biografi-pierre-tendean.html pada Jumat, 22 Juli 2016.

Wikipedia. 2016. Pierre Tendean. Di akses dari halaman file:///F:/Pelajaran/Sejarah/1/Pierre%20Tendean%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm pada Jumat, 22 Juli 2016.

Ajisaka, Arya. 2004. Mengenal Pahlawan Indonesia. Jakarta: Kawan Pustaka.

Masykuri. 1983. Pierre Tendean. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Daves, Joseph H. 2013. The Indonesian Army from Revolusi to Reformasi - Volume 2: Soeharto and the New Order. United States: CreateSpace Independent Publishing Platform.


LAMPIRAN
Image result for pierre tendean saat kecilImage result for pierre tendean saat kecil    

Figure 1 Pierre saat kecil                                                         Figure 2 Saat masuk akademi militer

10568885_10202507215897726_2197766959805805554_n.jpg10568854_10202507135575718_2695453333215707502_n.jpg



Image result for pierre tendean saat kecil Image result for pierre tendean saat kecil



Figure 3 Lulus Akademi Militer                              Figure 4 Saat menjadi ajudan Jenderal Nasution



Komentar